Lava Tour Merapi
“Dari kemarin postingan Jepang mulu, ga bosen apa?”
“Ya kan emang habis dari Jepang. Oke aku kasih postingan yang bukan Jepang ya”
Cuti kemarin aku emang ga banyak pergi karena di Jepangnya sendiri lama dan ngabisin waktu, jadi aku cuma di rumah aja. Tapi aku sempet main-main bentar di kotaku, Jogja. Begitu aku udah di Jogja, si abang langsung ngapel ke Jogja selama 3 hari dan agendanya juga banyakan wara wiri. Di salah satu harinya, kami berdua pergi ke Cangkringan nurutin emak yang pengen banget ikutan Lava Tour Merapi. Jadilah kami berdua, emak dan seorang tetangga belakang rumah bernama Mbak RIna, pergi ke Cangkringan.
Perjalanan dimulai dengan naik mobil ke Cangkringan yang memakan waktu kira-kira satu jam perjalanan dari rumahku yang ada di dekat bandara. Setelah sampai di Cangkringan dan membayar retribusi, kami disambut oleh deretan agen yang menawarkan paket Lava Tour.
“Tunggu dulu, Lava Tour apaan sih?”
Lava Tour itu suatu paket tur di kaki Gunung Merapi, tepatnya di Cangkringan, yang melewati bekas aliran lahar dari letusan Gunung Merapi dan mampir di beberapa tempat seperti Museum Sisa Harta dan Bunker Kaliadem menggunakan jeep. Tur ini sendiri memiliki tiga rute, yaitu rute pedek, sedang dan panjang. Makin panjang tentunya makin lama dan makin mahal pula. Waktu itu aku memilih paket rute pendek dengan harga 350ribu rupiah selama dua jam. Itu harga per jeepnya ya. Satu jeep bisa diisi 4-5 orang, jadi kalo itungan per kepala sekitar 70ribu lah.
Tur dimulai dengan melewati bekas aliran lahar yang cukup panjang menuju ke Museum Sisa Harta. Di museum ini kita bisa liat barang-barang yang tersisa dari erupsi Gunung Merapi tahun 2010 lalu, mulai dari perabotan hingga jam yang berhenti waktunya saat erupsi terjadi dan aliran piroklastik alias wedhus gembel melewati desa tersebut.
Museum Sisa Harta (1)
Museum Sisa Harta (2)
Museum Sisa Harta (3)
Jam yang berhenti berdetik
Selfie is a must!
Aku jadi keinget waktu erupsi tahun 2010 itu, kampusku lagi masa UTS. Setelah terjadi erupsi beberapa kali, ada sebuah erupsi yang cukup besar, yang mengakibatkan adanya hujan abu vulkanik sampai radius 30 km, bahkan sampe depan rumah, dan ketika pergi ke kampus, semuanya putih dong ketutup abu. Akhirnya waktu itu kampus diliburkan dan UTS ditunda, beberapa temen ada yang ketakutan dan pulang ke kampung halaman ato mengungsi ke Jakarta.
Cukup lama kami berkeliling di museum, dan menyempatkan foto-foto dulu di jeep. Lalu perjalanan dilanjutkan dengan, lagi-lagi, melewati bekas aliran lahar menuju ke Batu Alien. Jangan mikir aneh-aneh dulu ya tentang ini. Objek wisata ini dinamakan demikian karena ada sebuah batu besar yang kalo dilihat dari sisi tertentu bentuknya kaya kepala alien. Gitu ajaa. Di sini banyak spot fotonya, bahkan sampe ada yang ngantri buat foto-foto kekinian. Jadi nanti naik ke tangga, trus ada tempat buat fotonya, dari situ bisa keliatan sungai yang dilewatin aliran lahar saat erupsi lalu. Aku sih ga foto di situ, soalnya musti bayar lagi juga hahahaha.
Foto-foto dijeep (1)
Foto-foto dijeep (2)
Batu Alien
Lanjuut, dari situ kami menuju ke Bunker Kaliadem, dimana saat erupsi 2006 terjadi, ada dua orang relawan yang berniat berlindung di dalam bunker namun kemudian tewas karena panasnya suhu bunker yang tertimbun oleh aliran piroklastik. Bunker tersebut ada sejak jaman Belanda dan memang difungsikan untuk berlindung saat adanya erupsi, tapi dari cerita-cerita yang aku denger, ada kesalahan dari bangunan tersebut, yaitu dari pintu yang terbuka ke dalem (terbuka jika didorong), jadi ketika bunker itu tertimbun dan tertimpa material, pintunya bisa terdorong dan terbuka sehingga material panas bisa masuk. Seharusnya pintunya didesain dengan pintu yang terbuka keluar (terbuka jika ditarik), jadi ketika tertimbun material pintunya tidak terbuka. Ada pula yang berkata, bunker memang tempat untuk berlindung, namun bukan dari aliran piroklastik yang bisa menimbun dan menjadikan bunker tersebut menjadi ‘oven’.
Nah, Bunker Kaliadem ini bisa dimasukin. Aku sempet masuk bentar, ukurannya ga terlalu luas, kondisinya sangat gelap, cahayanya cuma dateng dari pintu aja, dan di deket pintu ada kamar mandi, dimana dulu salah satu relawan ditemukan di dalam kamar mandi. Keluar dari bunker malah ujan, padal belom sempet foto-foto, jadi langsung balik ke jeep dan pulang deh.
Overall, lava tour Merapi ini seru banget dan waktu itu guide sekaligus supir jeep kami orangnya asyik. Kalo ada jalanan yang alus, pasti dilewatinnya ke jalanan yang ga bagus ato miring, jadi di jeep sampe lompat-lompat. Kalo aku liat grup lain ga gitu, dilewatinnya di jalan-jalan yang alus, jadi untung-untungan juga. Jadi kalo ada waktu jalan-jalan di Jogja tapi waktunya ga banyak, bisa nih cobain ikutan Lava Tour Merapi!
Comments
Post a Comment